Ahad 14 Oct 2018 00:15 WIB

Apple Watch Jadi Bukti Kunci Kasus Khashoggi

Pemerintah Turki mengklaim telah memulihkan audio dari iPhone Jamal Khashoggi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Reiny Dwinanda
Jamal Khashoggi
Foto: AP/Hasan Jamali, File
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Surat kabar Turki, Sabah, menurunkan laporan yang menyatakan pihak berwenang Turki sudah mengantongi bukti rekaman kejadian pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul. Pada Sabtu (13/10), surat kabar tersebut menulis, pemerintah Turki telah memulihkan audio dari iPhone dan akun iCloud milik Khashoggi.

Sebelum memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, Khashoggi yang kerap melancarkan kritik keras kepada pemerintahan Saudi terlebih dahulu menitipkan telepon genggamnya kepada tunangannya Hetice Cengiz. Surat kabar tersebut menuduh pejabat konsulat Arab Saudi mencoba menghapus rekaman dengan menebak nomor PIN di Apple Watch yang dikenakan Khashoggi.

Gagal menebak nomor PIN, mereka pun menggunakan sidik jari. Akan tetapi, koran tersebut tidak menulis dalam laporannya Apple Watch tidak seperti iPhone yang memiliki fitur membaca sidik jari.

Menurut surat kabar tersebut, Apple Watch bisa merekam audio dan menghubungkannya dengan iPhone melalui Bluetooth. Sabah tidak menjelaskan detail cara menghubungkan Apple Watch agar dapat tersambung ke iPhone dan iCloud milik Khashoggi.

Baca juga: Siapa Membidik Jamal Khashoggi?

Pemerintah Turki pun tidak memberikan tanggapan terhadap pemberitaan ini. Pihak berwenang Turki yakin ada 15 agen intelijen Arab Saudi yang mengincar Khashoggi di kantor konsulat itu. Mereka mengatakan ada rekaman video tapi tidak menjelaskan mendapatkannya.

Sampai saat ini, Turki belum mempublikasikan bukti Khashoggi telah dibunuh. Meski rekaman video keamanan di kantor konsulat menunjukkan kendaraan dengan nomor plat diplomatik meninggalkan kantor konsulat tersebut menuju rumah konsulat jendral dua jam setelah Khashoggi tiba.

Arab Saudi bersikeras mereka tidak terlibat dalam menghilangnya Khashoggi. Mereka juga tidak bisa menjelaskan dan memberikan bukti cara kolumnis the Washington Post tersebut bisa meninggalkan konsulat dan menghilang di Istanbul sementara tunangannya menunggu di luar.

Stasiun televisi Arab Saudi mulai membangun opini dengan mengatakan 15 orang yang dimaksud oleh Turki sebagai turis. Mereka juga tidak bisa menunjukan bukti tersebut.

Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Saud sudah menanggapi tuduhan pembunuhan ini. Ia kembali membantah Arab Saudi terlibat dalam menghilangnya mantan penasihat kepada intelijen mereka itu.

"Kabar yang beredar tentang perintah untuk membunuh (Khashoggi) adalah bohong dan tuduhan tidak mendasar kepada pemerintah kerajaan, yang mana berkomitmen untuk mengikuti prinsip, aturan dan tradisi, dan sesuai dengan hukum dan konvensi internasional," kata Pangeran Abdulaziz.

Kasus menghilangnya Khashoggi ini cukup menekan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menikmati hubungan baik dengan Arab Saudi sejak menjabat sebagai presiden. Ia hanya mampu berjanji akan mengusut tuntas kasus ini, tapi tidak akan memberikan sanksi apa pun terhadap Arab Saudi.

"Kami akan cari tahu apa yang terjadi," kata Trump.

Kasus hilangnya jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi terus menuai kritik dan kecaman. Siapa dalang di balik hilangnya jurnalis kritis ini masih terus didalami.

Pemerintah Arab Saudi dituding mengetahui dan ikut bertanggung jawab atas Khashoggi. Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) disebut-sebut memerintahkan operasi penangkapan Khashoggi.

Hal itu rencananya dilakukan dengan memancing Khashoggi kembali ke negaranya dari tempat tinggalnya selama ini di Virginia, Amerika Serikat (AS). Khashoggi pun mendatangi konsulat Amerika Serikat (AS) di Istanbul, Turki.

Dilaporkan laman the Washington Post, rencana Pangeran MBS untuk menangkap dan menahan Khashoggi diperoleh intelijen AS dari pejabat-pejabat Saudi yang membahas hal tersebut. Kendati demikian, Pemerintah AS belum mengonfirmasi sepenuhnya terkait informasi yang telah beredar itu.

"Meskipun saya tidak dapat berkomentar tentang masalah intelijen, saya dapat mengatakan secara definitif bahwa AS tidak memiliki pengetahuan awal atas hilangnya (Khashoggi)," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Robert Palladino, kepada awak media pada Rabu (10/10).

Khashoggi dilaporkan hilang setelah mendatangi gedung Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Dua pejabat kepolisian Turki mengklaim Khashoggi telah dibunuh di dalam gedung konsulat. Namun, tuduhan tersebut segera dibantah pejabat konsulat Saudi di Istanbul.

Khashoggi merupakan jurnalis Saudi yang kini menjadi kolumnis di the Washington Post. Selama berkarier sebagai jurnalis, dia diketahui kerap melayangkan kritik tajam terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah Saudi. Pangeran MBS yang dipuji karena dianggap melakukan reformasi sosial di Saudi pun tak luput dari kritikannya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement